Note ini sama sekali tidak diikutkan dalam lomba tulis apapun. Note ini hanya ingin menciptakan keterkejutan di subuh yang dingin. Note ini juga dimaksudkan untuk memohon bantuan kepada rekan-rekan untuk memberikan VOTE. Tidak usah berlama-lama lagi, mari kita simak bersama...
Hampir pagi, tapi kedua mataku enggan terpejam, padahal katup nyaris menutup. Lampu di kamarku masih menyala, tak beda dengan layar yang kini tengah berkomunikasi denganku. Entahlah, ketika aku kembali berkunjung ke Facebook-nya, sesuatu yang aneh kembali datang. Perasaan yang seharusnya kutimbun ratusan hari yang lalu. Lantas apa dayaku kini? Aku cuma lelaki dengan kelembutan hati mencintainya. Cinta dan kerinduan yang terlarang, bahkan sudah seharusnya kubuang. Akhir tahun 2009, tepatnya bulan Desember dia berkunjung ke rumahku, ke Panancangan. Betapa tidak berbahagianya hati ini. Sungguh kehadiran dirinya membuat selasa itu kian berbunga. Harapan yang telah lama tersimpan menjadi nyata melebihi batas keinginan. Aku tahu itu salah, kurasa dia pun berpikir bahwa hal itu salah. Tak semestinya kami saling mencintai, tak semestinya kami pelihara kerinduan hingga tumbuh berkembang. Dan setelah kepulangannya kembali ke tanah Paris Van Java, seketika semua berubah. Dia dan aku bukan hanya membentang jarak, tapi lebih daripada teriak. Perasaanku hancur ketika ia katakan tak sanggup menjalani semua ini. Tak sanggup berjuang demi cinta yang dari tahun 2001 terjalin. Aku hancur...!!!
Aku berpaling dari Facebook setelah ada satu pesan di kotak masuk pada emailku. Perlahan kubuka dan membacanya...
Allah yang Maha Rahman...
Aku berdoa pada-Mu untuk seseorang yang menjadi bagian dari hidupku. Seseorang yang meletakkanku di hatinya karena Engkau. Seseorang yang sungguh mencintaiku dengan lantunan asma-Mu. Pendamping hidup yang tidak hanya sekedar mencintaiku tetapi juga menghormati aku sebagai makhluk lembut yang Engkau ciptakan. Seseorang yang tidak hanya memujiku tetapi dapat juga menasihati aku ketika aku berbuat salah dan khilaf. Pasangan hidup yang dapat menjadi sahabat terbaikku, menjadi imamku, menjadi ayah yang bijaksana generasi kami. Pemimpin yang amanah dalam setiap waktu dan situasi. Seseorang yang dapat membuatku merasa berarti ketika berada di sampingnya maupun jauh dari dirinya. Seseorang yang tidak hanya tangguh, tetapi juga teduh. Seseorang yang sungguh membutuhkan dukunganku sebagai peneguh. Seseorang yang membutuhkan doaku untuk kehidupan dan kariernya. Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya. Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya berbahagia. Ya, seorang lelaki yang baik hati, yang dekat dengan-Mu.
Tiba-tiba saja ada sesuatu yang menyeruak masuk ke relung jiwaku saat tuntas kubaca paragraf pertama. Entahlah perasaan apa ini?! Kini tak bisa lagi kupungkiri ada perasaan haru ketika membaca susunan kalimat pada layar emailku. Sebuah pesan yang dikirim dari seorang ukhti baik hati. Aku menghela napas, mengaturnya dengan hati-hati. Kembali kulanjutkan:
Allah yang Maha Rahim...
Aku tidak meminta seorang yang sempurna, tetapi berusaha untuk mencapai kesempurnaan yang Engkau ridhoi. Karena aku tahu tiada satu pun manusia yang sempurna. Akan tetapi kumohon kebersamaan kami akan menjadi sesuatu yang sempurna di mata-Mu. Dan aku juga meminta, hanya pada-Mu. Jadikanlah aku menjadi pendamping hidup yang dapat membuatnya bangga. Yang dengan sabar mendengarkan keluh kesahnya sepulang kerja. Yang dengan setia membuatkan teh hangat di waktu senja. Yang dengan manis bersolek hanya untuknya. Yang dengan piawai menghijab tubuh dan auratku dari lelaki lain selain dirinya. Yang akan taat dan berbakti padanya. Berilah aku sebuah hati yang sungguh mencintai dirinya karena-Mu, sehingga aku selalu mencintainya dengan cinta-Mu. Berilah aku tangan-Mu sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya. Berilah aku mata-Mu sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya dan bukan yang buruk saja. Berilah aku rahmat-Mu pada ucapanku yang penuh dengan kata-kata bijak memberi semangat, sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari. Berilah aku cahaya-Mu pada bibirku agar aku dapat tersenyum padanya sebelum ayam tetangga menyapa. Membangunkannya dan menunaikan kewajiban subuh-Mu.
Tidak jauh berbeda, paragraf kedua pun sukses mendebarkan hatiku. Seakan-akan perasaan haru kian bergetar hebat dalam kesendirianku. Perasaan yang serta-merta mengaliri seluruh sel darahku. Apa aku sedang bermimpi? Ah tidak, aku masih dalam kesadaran meski tidak optimal. Kuusap air mataku yang mulai menetes, terhimpun menjadi dua telaga bening. Tidak ada kata yang terucap, sepertinya seluruh pembendaharaan kata yang kumiliki telah terkunci begitu rapat. Kini layar emailku berbayang, sinar maya bercampur air mata.
***
Nah lho... Benarkah kisah di atas diangkat dari kisah nyata (true story) atau hanya fiktif belaka? Benarkah seorang Rangga pernah mengalami cinta dan rindu yang terlarang? Benarkah seorang Rangga dapat menjadi apa yang diharapkan oleh pengirim email itu? Benarkah seorang Rangga menangis setelah membaca email itu?
Untuk mengetahui kejutan-kejutan yang ditawarkan oleh Rangga, silakan rekan-rekan yang damai hatinya untuk membaca tulisan mengejutkan.
Caranya amat mudah, pembaca tinggal KLIK link di bawah ini:
Lalu baca kejutan dari Rangga, setelah itu berikanlah “JEMPOL” (klik tulisan VOTE yang ada di sudutKANAN atas.
Rangga ucapkan syukron katsiron atas segala apresiasi yang luar biasa dari rekan-rekan selama ini. Semoga kebaikan senantiasa terhantar dan semoga damai bersama. Amin...
***
Biodata Penulis
Tubagus Rangga Efarasti adalah lelaki biasa yang memiliki kehidupan yang luar biasa. Lahir di kota kecil, dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis, romantis, dinamis dan manis-manis. Baginya dengan menulis maka apapun dan bagaimanapun, cinta itu penuh kejutan.
Kejutan seperti apakah yang ia maksud?
Silakan rekan-rekan dapat menemukan jawabannya dalam Sekumpulan Puisi: Bercanda di Bawah Rembulan, KLIK juga link di bawah ini:
Ayo... Pesan segera...!!!
***