Output dari: Tamasya Musafir Kata
Sekilas Sejarah
Bangsa Jepang baru mengenal sistem tulisan dan kegiatan tulis
menulis pada abad ke-8 Masehi. Dan tulisan-tulisan yang pertama kali
adalah berbentuk puisi.
Puisi Jepang dahulu dibawakan secara lisan yang kemudian pada
akhirnya ditulis dan menjadi cikal bakal buku-buku pertama di Jepang.
Semua pria dan wanita Jepang zaman dahulu menggunakan puisi sebagai
alat untuk berkomunikasi. Mungkin itulah sebabnya mengapa orang Jepang
sering memasukkan puisi dalam surat-surat mereka.
Puisi Jepang memiliki banyak ragam seperti: Haiku, Tanka dan Renga.
Secara khusus, puisi tradisional Jepang ini berisi tentang kehidupan
sehari-hari, cinta dan juga tentang alam. Antara puisi Jepang yang satu
dengan puisi Jepang yang lain memiliki ciri khusus dengan struktur dan
susunan atau tata letak yang beragam pula.
Ragam Puisi Jepang
Haiku
Bentuk asli Haiku sebenarnya berasal dari Renga. Haiku adalah puisi
Jepang yang pendek dikarenakan pemotongan atau dalam artian karena
adanya pemenggalan pada kalimat yang sebenarnya memanjang.
Basho adalah seorang penyair Jepang yang terkenal dan yang juga
telah berjasa dalam mengenalkan Haiku. Walaupun Haiku bertahan hingga
saat sekarang ini, namun orang-orang Jepang lebih menikmati membuat
puisi dengan bentuk modern atau masa kini dibandingkan membuat Haiku
Sejalan dengan waktu, struktur Haiku mengalami perubahan yang sangat
drastis. Pada abad ke-15 M bentuk asli Haiku berubah menjadi sekitar
seratus versi yang masing-masing dari versi tersebut masih memiliki
jumlah suku kata yang spesifik dengan Renga. Saat ini Haiku terdiri
dari 17 suku kata walaupun dengan struktur yang selalu berubah-ubah di
setiap masa.
Haiku dapat berisi tentang apa saja. Tetapi banyak orang menulis
Haiku untuk menceritakan tentang alam dan kehidupan sehari-hari. Tiga
baris Haiku menciptakan rasa yang menggambarkan emosi dari penyairnya.
Tanka
Ragam lain dari puisi Jepang adalah Tanka yang usianya lebih tua
dari Haiku tetapi tidak seterkenal Haiku. Tanka telah dikenal sebagai
salah satu jenis puisi di Jepang sekitar 1300 tahun. Tanka biasanya
dibuat setelah selesainya sebuah peristiwa, kejadian atau suatu
perayaan yang spesial.
Tanka cenderung lebih panjang dari Haiku, dan itu memberikan ruang
kapada para penyair untuk lebih dapat mengekspresikan perasaannya
dengan lebih dalam.
Secara khusus, Tanka ditulis atas perasaan seseorang. Dalam menulis
puisi jenis ini, pertama yang harus ditulis adalah tentang sesuatu yang
disenangi dan memiliki hasrat atas sesuatu tersebut. Sebagai contoh
yaitu tentang alam, tentang suatu tempat, keluarga, cinta atau
kehidupan sehari-hari yang menyenangkan dan merupakan sesuatu yang
dianggap benar.
Menulis Tanka dengan baik akan menciptakan kecemerlangan
penggambaran atau mendapat kesan yang mendalam yang sangat berkaitan
dengan perasaan. Jenis puisi seperti ini memberikan penyair kesempatan
untuk mengekspresikan perasaannya dengan cara yang unik.
Renga
Ragam puisi Jepang lainnya lagi adalah Renga. Berdasarkan
sejarahnya, puisi Jepang berkembang terus. Seiring waktu, tekniknya
selalu mengalami perkembangan. Dari seorang penyair, kemudian menjadi
dua orang penyair dapat bekerja sama dalam menciptakan sebuah puisi di
waktu yang bersamaan, konsep ini dikenal dengan Renga.
Latar belakang ide pembuatan Renga ini yakni salah seorang penyair
menuliskan bagian yang menjadi idenya dan penyair lainnya menuliskan
kelanjutan puisi dari ide penyair yang pertama dengan idenya sendiri.
Dua orang penyair menyatukan ide-ide mereka membentuk sebuah puisi,
kegiatan ini di waktu dahulu menjadi sebuah hiburan yang populer.
Banyak orang berpikir bahwa membuat Renga sama halnya bermain dalam
sebuah kompetisi. Dalam mengikuti permainan seperti ini – seperti
halnya sebuah kebiasaan, dibutuhkan pemikiran yang cepat dan dengan
rasa humor yang baik untuk dapat bermain Renga.
Renga lebih dulu jauh dikenal dari ragam puisi Jepang lainnya dan mencakup sekitar 100 versi.
Teknik Membuat Puisi Jepang
Haiku
Dalam memulai membuat puisi jenis ini yang pertama kali harus kita
ketahui adalah bagaimana susunan dasarnya. Haiku setidaknya memiliki 17
suku kata dalam 3 baris dengan bentuk 5,7,5. setelah itu carilah
beberapa ide yang bisa mengilhami untuk membuat Haiku tersebut.
Pilihlah sesuatu yang sederhana dan yang tidak terlalu rumit.
Dalam memilih tema, pastikan tema itu adalah sesuatu yang lazim dan
memasyarakat, yang dapat memberikan mereka cara pandang lain tentang
situasi dan pengalaman tertentu yang biasa ada di masyarakat itu
sendiri.
Seperti contoh Haiku di bawah ini:
Derai
Daun berderai
Daun berganti warna
Musim gugurku
Tanka
Teknik dasar membuat Tanka yang memiliki 31 suku kata dalam 5 baris
kalimat dengan bentuk susunan suku kata 5,7,5,7,7. Ini adalah cara yang
dipakai oleh orang Amerika dalam menulis Tanka. Sementara di Jepang
sendiri, Tanka ditulis dalam sebuah garis lurus.
Pada hakikatnya dibutuhkan dua orang dalam membacakan puisi Jepang
yang satu ini. Orang pertama membaca versi yang pertama dan yang kedua
membaca versi yang selanjutnya.
Sebuah Tanka yang baik biasanya terdiri atas satu tema yang kemudian
dapat menggambarkan sebuah ide yang umum dalam keseluruhan puisi
tersebut. Tema Tanka biasanya tentang kehidupan sehari-hari dan juga
tentang pengalaman-pengalaman yang sederhana atau juga dapat tentang
sesuatu hal yang berkesan. Seperti contoh di bawah ini:
Pagi
Mama bangunkanku
Ku meregangkan tubuh
Menggosok gigi
Merapikan rambut
Pergi sekolah
Renga
Format Renga sama seperti halnya Tanka Jepang. Puisi Renga dapat
memiliki banyak versi sesuai dengan keinginanmu, masing-masing versi
terdiri atas 31 suku kata dalam 5 baris dengan hitungan suku kata per
baris yaitu 5,7,5,7,7. Hampir sama dengan Tanka , hanya saja dalam
kenyataannya Renga menjadi suatu kompetisi.
Mengapa disebut demikian?, karena tak lain dalam membuat sebuah
Renga diperlukan dua orang penyair, seorang menulis baris pertama dan
kedua dan seorang lainnya melanjutkan sisanya. Tantangan dalam membuat
Renga dimulai dari penyair yang pertama yang membuat baris pertama dan
kedua yang kemudian menyulitkan penyair yang kedua. Dalam hal ini
penyair yang kedua dituntut untuk lebih pintar dalam melanjutkan dua
baris pertama yang tak lain merupakan pikiran seseorang yang memang
sangat berbeda.
Puisi di bawah ini sebagai contohnya, dibuat oleh dua orang yang
berlainan, mereka bekerja sama dalam membuatnya dengan tidak melupakan
juga pola 5,7,5,7,7.
Pujaan Hati
Memulai hari
Bersamamu kekasih
Diri terguncang
Tersipu malu
Kududuk di sampingmu
Hangat mendera
Ia meminta cintaku
Hati berdebar
Jiwaku menggelegar
Diungkapkannya kasih
Aku terima
Dalam lipatan nota
Tertutup rapat
Kubuka dan kubaca
Ku juga cinta kamu
*) Salam kegilaan dan tengat berkarya...