Jas
Merah Berdarah*
Ttj: Tubagus Rangga Efarasti
jeruji tirani melingkar sombong pada mereka
belum terkuak dunia di baliknya
yang tak sempat mengurung napas tercekat
selangkah, dua langkah, sama tak melangkah
tak ayal selongsong emas panas bersarang
mau?!
menggeleng kami sambil menelan ludah
apakah dunia di luar negeri ini sangat indah
apakah bisa kami tembus rentetan peluru
tapi perjuangannya telah jadi anyir darah
lantang teriaknya tenggelam seteru
lencana tirani tersemat angkuh di safari mereka
ingin ia senyapkan dari lempeng kebebasan
bertanyalah kita dunia, apakah yang ia minta
pada duka kali ini
semisal masih ada amnesti
apakah itu masih berarti?!
dirundung sesal perangai para birokrat
berujung airmata perangi segala siasat
kini malaikat mengantar pesan pada Tuhan
bahwa neraka telah kami rasakan
tinggal merancang gubuk reyot dalam surga
namun kami hanya minta negeri ini sentosa
tak lantas berbalik menyebutnya udara
karena segalanya adalah tumpahan airmata
pada jas merah berdarah
lantang teriaknya sesantun petuah;
“Indonesia, jangan sekali-sekali lupakan
sejarah...!!!”
hening bisik kami selantun pasrah;
“Berdamailah dan mari kita searah...!!!”
Tanah Air, 10 November 2011
*) Menyampaikan pesan Bung
Karno.
***
Biodata Penulis
Tubagus Rangga Efarasti, adalah
ia gelas kosong yang terlahir pada tanggal 26 September di tahun kelinci.
Pengalaman organisasi yang luar biasa bersama rekan-rekan seperjuangannya
adalah menjadi ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia (DPM REMA UPI) Serang, Himpunan Mahasiswa Serang (HAMAS)
serta Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) Wilayah II (Banten,
DKI Jakarta dan Jawa Barat).
Baginya dengan konsisten menulis maka manusia dapat
mempertahankan ekosistem dan mewariskan sejarah untuk kehidupan berikutnya. Karena
hidup adalah perbuatan, tidak akan pernah ada perubahan tanpa perbuatan.
Menulislah terus dan teruslah menulis.
Mari kita menjadi pahlawan minimal untuk diri kita
sendiri, karena 10 November bukan sekedar sebuah peringatan Hari Pahlawan akan
tetapi sebuah implementasi dari relativitas perjuangan sebuah Bangsa.
***
Klik di sini untuk: info lomba, karya rekan-rekan lainnya, menyukai puisi di atas.