Akulah Waktu yang Membusuk
hey, Jundullah di antar retak dadamu kabarkan tentang tangisku
saat itulah tak ada ketakutan bagiku menghisap nektar bumi
kutanya padamu di bawah tikaman pedang yang menghunus Gaza
apakah kau hanya bisa menjahit mulutmu dan diam saja
bukankah kau punya kata, bukankah kau punya cinta,
aum Yahudi meratakan bumiku, menderaskan darah, memenuh nanah
taring-taring mereka yang tajam mencabik rongga-rongga sejarah
hey, para pujangga Allah di mana kini nalurimu
bukankah kau anti kertas kosong, bukankah kau mampu menolong
mana jawabmu atas aku sang waktu yang membusuk
berbingkai harap cemas yang terjaga menahan limbah kemanusiaan
gelap langitku tak segelap hatimu, apakah kini hanya tinggal riwayat
mana syairmu yang kini tercampur anyir dari gelimpangan mayat
saat itulah tak ada ketakutan bagiku menghisap nektar bumi
kutanya padamu di bawah tikaman pedang yang menghunus Gaza
apakah kau hanya bisa menjahit mulutmu dan diam saja
bukankah kau punya kata, bukankah kau punya cinta,
aum Yahudi meratakan bumiku, menderaskan darah, memenuh nanah
taring-taring mereka yang tajam mencabik rongga-rongga sejarah
hey, para pujangga Allah di mana kini nalurimu
bukankah kau anti kertas kosong, bukankah kau mampu menolong
mana jawabmu atas aku sang waktu yang membusuk
berbingkai harap cemas yang terjaga menahan limbah kemanusiaan
gelap langitku tak segelap hatimu, apakah kini hanya tinggal riwayat
mana syairmu yang kini tercampur anyir dari gelimpangan mayat
Tubagus Rangga Efarasti - Serang Kota, Juli 2014
@rangga_efarasti